Rabu, 15 Desember 2010

Batik Madura

"BATIK, TUKANG SATE DENGAN KUMIS TEBALNYA, TEMBAKAU, GARAM, JAMU, BANGKALAN, PAMEKASAN, SUMENEP, SLOPENG, KARAPAN SAPI SAMPE CELURIT,…… semuanya ada di MADURA”
MADURA, finally I am coming! Tiga kata yang sempat terucap dalam hati ketika mobil membawaku melalui jembatan SURAMADU.
Menuju Pulau Madura, selain bisa dilakukan melalui jembatan Suramadu juga bisa dilakukan dengan menyeberangai selat dengan menggunakan kapal laut (ferry). Untuk mencapai Pelabuhan Kamal - Madura bisa dilakukan melalui pelabuhan Penyebrangan Tanjung Perak – Surabaya dan Pelabuhan Penyebrangan Jangkar di Situbondo, keduanya masuk wilayah Jawa Timur tidak kurang dari setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk menyebrangi selat Madura.
Dan, jika anda bermaksud mengelilingi pulau ini rute yang disarankan adalah pergi melalui Tanjung Perak menyebrang ke Bangkalan dan kembali ke Pulau Jawa melalu Kalianget, Sumenep juga menggunakan kapal penyebrangan ke pelabuhan Jangkar, Situbondo. Hanya waktu yang digunakan untuk melakukan penyebrangan antara Kalianget – Jangkar memerlukan waktu lebih lama yakni 4 jam dibanding penyebrangan Tj Perak – Bangkalan yang hanya makan waktu 1 jam saja. Dan waktu ideal yang diperlukan untuk jelajah Pulau Madura dari Barat hingga Timur yakni minimal 4 Hari.
Namun, agak kurang nyaman memang, jika pada saat berpergian berlangsung harus berhadapan dengan situasi keamanan dan politik yang kurang mendukung, hingga bukan tidak mungkin agenda jalan-jalan jadi terhambat karenanya. Selain suhu politik makin panas, admosfer jalanan juga kadang makin sumpek dengan banyaknya ‘baleho caleg’ yang menjamur dimana-mana, memenuhi setiap sudut kota.
“Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”.
lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).
Itulah peribahasa yang berlaku disana, hingga masyarakat madura terkenal sangat keras dalam mempertahankan harga dirinya. Suku Madura yang pada tahun 2004 diprediksi berjumlah 10 juta jiwa ini memang terkenal sebagai suku yang senang meratau seperti suku minangkabau di Sumatera Barat sana, mereka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani.
Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya sperti Gili Raja, Pulau Sapudi, Pulau Raas dan Kangean. Selain itu, populasinya juga menyebar ke ujung timur Pulau jawa yakni dari pasuruan sampai utara Banyuwangi, Situbondo dan Bondowoso serta timur Probolinggo yang jumlahnya paling banyak, Selain itu, suku ini juga banyak dijumpai di provinsi lain seperti Kalimantan, tepatnya di Sampit dan Sambas.
Mereka umumnya senang berdagang dan cukup dominan di pasar-pasar. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan, buruh, pengumpul besi tua dan barang-barang ronsokan lainnya. Gaya bicaranya tak kalah terkenalnya, selalu blak-blakan serta sifat yang keras dan mudah tersinggung namun jangan salah mereka juga terkenal sangat hemat, disiplin dan rajin bekerja. Contohnya, untuk naik haji, orang madura pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naek haji. Selain itu mereka dikenal memiliki tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung Sesaji) .
Dahulu, madura terbagi menjadi empat Karesidenan, dan wilayah ex Karesidenan itu tersusun atas :
Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Sampang
Kabupaten Sumenep
Dari keempat Karesidenan ini tidak hanya menyimpan cerita sejarah yang panjang, tapi juga menyimpan sejuta pesona alam yang masih asri dan bersahabat dengan alam. Tanahnya yang subur menghasilkan tembakau dengan kwalitas terbaik, ladang garam bak permadani putih serta lautnya yang luas menjadi penyumbang kehidupan bagi seluruh warganya. Dari wisata ziarah, alam, kuliner, sejarah dan budaya sampai api abadi dengan mudah dapat anda temukan disini, tinggal aturlah waktu yang tersedia dengan cermat dan tepat menginggat lokasi wisata yang satu dengan yang lainnya kadang sangat jauh.
Sosok Pulau ini jelas terlihat dari pelabuhan Tanjung Perak, sejengkal saja dari Surabaya, ibukora Jawa Timur tepaptnya sekitar 30 menit naik ferry. Nuansa Islami tertangkap melalui pemandangan mesjid Kamal di pesisirnya. Para marinir biasa menggunakannya sebagai ajang olah stamina dengan berenang melintasinya. Namun namanya kerap hanya diasosiasikan dengan sate dan lelaki sangar beroakaian khas Madura. Pulau penghasil tembakau dan garam yang jelita dan kaya budaya ini, sering kali luput dari bagian cerita-cerita Nusantara.
Anda yang biasa bolak-balik ke Surabaya, baik untuk berlibur atau berniaga, tidakkah terlintas dibenak untuk menyebrang sedikit saja ke Pulau mungil bernama Madura? Kenapa tidak? Karena tidak tahu apa yang disana atau karena kesan ‘brutal’ yang diberikannya? Apapun alasannya, ini saatnya untuk merangkul Pulau Madura, mengetahui asal-usulnya dan mulai menyayanginya. Karena Madura, sama sekali bukan sekedar sate dan lelaki berkumis seram.
Madunya Bendoro Gong,
Alkisah, di tahun-tahun awal masehi, terdapat sebuah Negara Mendangkamulan pimpinan Raja Sanghjangtunggal, yang mempunyai anak gadis bernama Bendoro Gung. Suatu ketika, Bendoro Gung didapati hamil. Sang ayah berulang kali menanyakan hal lhwal kemahilannya, namun Bendoro mengaku tak tahu apa sebabnya ia hamil,. Murkalah sang raja. Dipanggilnya pepatihnya, Pranggulang, untuk membunuh anaknya ditenggah hutan, dan Pranggulang tidak boleh kembali ke kerajaan kalau tidak membawa bukti bahwa Bendoro Gung sudah dibunuh.
Setibanya di hutan, Pranggulang menghunus pedangnya ke leher gadis itu, tapi saat ujung pedang hampir mengenai lehernya pedang tersebut jatuh ke tanah. Tiga kali patih raja ini mencoba menebas kepala Bendoro, namun tak berhasil. Pranggulang akhirnya yakin bahwa kehamilan Bendoro bukanlah akibat perbuatannya sendiri. Karena itu, ia memilih untuk tidak kembali ke kerajaan dan membiarkan Bendoro hidup. Ia pun merubah namanya menjadi Kyai Poleng (poleng belakangan dikenal sebagai kain tenun Madura). Lalu, ia membuat ghitek atau rakit dan menghanyutkan Bendoro di atas ghitek tersebut, hingga ke pulau kecil yang dinamakan ‘Madu Oro’ atau madunya Bendoro. Inilah asal usul nama Pulau Madura.
Cahaya Raden Sagoro
Tak lama kemudian,Bendoro melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Raden Sagoro (sagoro artinya laut). Sejak kelahirannya, para nelayan yang banyak berlayar di sekitar pulau sering melihat cahaya terang memancar dari kediaman Raden Sagoro di kawasan Gunung Geger, yang kini terletak di Kabupaten Bangkalan. Nelayan-nelayan inipun kerap berlabuh untuk berdoa disana. Konon, doa-doa permohonan yang dihaturkan dihadapan raden Sagoro selalu terkabulkan. Karena itu, Pulau Madura kian lama kian ramai. Bahkan sampai sekarang, Madura menjadi pusat penziarahan di jawa Timur. Berbagai tempat yang dianggap keramat, baik yang berhubungan dengan kisah Raden Sagoro atau tidak, berbondong-bondong didatangi rombongan penziarah dari berbagai penjuru Nusantara.
Nenggolo & Aluqoro
Raden Sagoro tumbuh menjadi pemuda berparas tampan dan berbudi mulia, serta dikaruniai kesaktian yang luar biasa. Suatu saat, Kyai Poleng menyuruhnya menangkap dua ekor ular raksasa yang kerap muncul di tepi pantai. Ketika kedua ular itu ditangkap dan dibanting ke tanah, mereka berubah menajdi dua batang tombak, Neggolo dan Alugoro. Kyi Poleng lalu perpesan agar tombak Aluqoro disimpan saja di rumah. Sedangkan Neggolo harus selalu dibawa kemana-mana, terutama saat berperang. Singkat cerita, Raden Sagoro bersama Nenggolo sang tombak sakti, akhirnya berhasil membantu kakeknya. Raja Sanghjangtunggal, dalam peperangan melawan Cina. Nenggolo dan Aluqoropun diwariskan turun temurun dan tercatat sempat menjadi milik Raja Arosbaya. Hingga kini, khabarnya kedua tombak itu masih disimpan di Museum Cakraningrat sebagai pusaka Bangkalan.
Kebanggaan Madura
Kisah di atas hanya satu dari begitu banyak legenda di Madura, yang kini terbagi atas empat kabupaten yaitu, bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Setiap wilayah kebaupaten ini sepertinya punya legenda dan versi masing-masing mengenai asal-usul tanah Madura. Sangat jelas terasa kebanggaan mereka akan pulau ini, Tatanan kekerabatan pun teramat erat. Sejauh apapun mereka menyatakan diri sebagai orang Madura dan akan selalu kembali ke Madura. Kebanggan ini melahirkan watak-watak terus terang dan to the point, tanpa basa-basi, jujur dan penuh suka cita. Mungkin ini sebabnya tutur bahasa orang Madura tidak sehalus saudara-saudaranya di tanah Jawa. Ini pula yang menyebabkan mereka kadang terlihat kasar ‘ seradak-seruduk’ dan agak menyeramkan.
Pengaruh Cina paling terasa di Kabupaten Sumenep. Kawasan pecinannya yang dinamis di sepanjang Jl. Halim Perdana Kusuma menjadi bukti nyata keterlibatan Cina dalam sejarah pembangunan di Madura. Sumenep juga memiliki tata krama yang lebih ‘halus’ ketimbang wilayah lainnya. Konon penduduk Sumenep memang merupakan keturunan raja-raja Cakraningrat yang sempat berkuasa di Madura, dengan pusat kerajaan di Keraton Sumenep. Namun sekarang, justru Pamekasan yang menyandang ibukota ‘ karesidenan’. Sedangkan Bangkalan dan Sampang adalah kawasan yang menyimpan banyak sekali kisah sejarah dan legenda, serta dipercaya sebagai penziarahan yang ampuh untuk mengabulkan doa.
Kami nyakin anda semakin penasaran dan tak sabar bisa menikmati keindahan alam Madura dan mengenal budayanya secara lebih dalam, untuk itu tak ada salahnya untuk mulai merancang perjalanan liburan anda kesana. Apalagi dengan adanya jembatan SURAMADU, akan memudahkan akses transportasi dan lumayan menghemat biaya. Jadi tunggu apalagi, hayo liburan ke Madura.

BATIK MADURA


Batik Madura adalah batik yang di buat di Pulau Madura dengan corak khas Pulau Madura.
Batik Madura menjadi menarik karena kelangkaannya dan batik madura memang belum se-populer batik-batik yang lain seperti batik Pekalongan, batik Solo/Surakarta, atau batik Jogja. Justru karena ‘tidak umum’ inilah yang menjadikan Batik Madura unik sekaligus berharga/bernilai seni tinggi.
Sentra-sentra Batik Madura antara lain mulai dari Bangkalan yang merupakan ujung Barat Madura, sampai kios-kios batik di Pasar Sumenep.
Batik Madura seakan identik dengan satu tempat istimewa, yaitu Tanjung Bumi. Yang berada di Bangkalan Utara, di luar jalur utama lintas Madura yaitu berada di sisi selatan Pulau Madura.
Jenis Batik Madura:
1. Batik Tulis Katun Primisima
Contoh Motif:


















2. Batik Tulis Prada
Batik Tulis Madura yang di-prada (di warna-emaskan) biasa dipakai untuk acara mantenan (acara pernikahan) baik untuk si manten (pengantin) sendiri maupun untuk orang tua dari pengantin.
Contoh Motif Batik Prada:
































3. Batik Tulis Sutera
Batik tulis madura sutera memiliki warna-warna yang berbeda mulai dari warna gelap sampai dengan yang terang, termasuk motif klasik.
Contoh Batik Tulis Sutera:
  • Motif Klasik terdiri atas kain panjang plus selendang(biasa untuk sepasang suami-istri)












  • Motif sarimbit yang sudah jadi pola untuk yang kemeja pria


















  • Motif sarimbit plus selendang










  • Motif sarimbit yang pinggirnya telah dirapikan












4. Batik Tulis Sutera ATBM
Contoh Motif Sumenep:

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - MapYRO
    Get directions, reviews and 안양 출장마사지 information for Borgata Hotel 광명 출장샵 Casino & Spa in Atlantic 정읍 출장안마 City, NJ. Borgata Hotel 전라북도 출장샵 Casino & Spa. 1 Borgata Way, Atlantic City, NJ 08401. (609) 경주 출장마사지 317-8000.

    BalasHapus